Catatan Perjalanan Blok Muara Bakau: Jangkrik Yang Penuh Daya Tarik (2)

Sabtu, 17 Juni 2017 - Dibaca 2560 kali

Sebelum fajar menyingsing, sebagian besar rombongan menulusuri lorong menuju lift. Keramaian sudah menyapa kami di deck B. Ragam makanan dan minuman telah tersaji. Dengan mata sayu, kami mengikuti baris antrian. Maklum, kami baru tidur pukul 00.00 WITA untuk mempersiapkan kedatangan Menteri ESDM Ignasius Jonan di FPU Jangkrik, Minggu (11/6). Setidaknya, sahur sanggup jadi bekal akvitas padat kami di pagi hingga siang hari. Kurang lebih 20 menit, kami berada di dining room sebelum kembali ke kamar dan berbenah.

Hentakan safety boots terdengar serempak. Coverall orange dan merah serta helm pelindung turut mewarnai rombongan. Sejam lebih kami melakukan persiapan terakhir di ruang rapat. Memastikan segalanya sesuai jadwal yang sudah ditentukan. Setelah itu, kami baru bergegas meninggalkan Posh Arcadia. Sekitar pukul 9 pagi waktu setempat. Sebelum bertemu anak tangga besi, kami perlu menempelkan kartu multiakses di gangway. "Ini untuk mendeteksi para penghuni Arcadia. Jadi kalau ada apa-apa, kami tahu siapa yang belum dievakuasi," jelas Riswanto yang menuntun kami ke FPU Jangkrik.

Melintas di gangway bukanlah perkara mudah. Perlu juga dicermati. Tak bisa seenaknya melintas. Terdapat semacam rambu pengingat. Lampu hijau pertanda jalur aman. Sementara, merah menginformasikan larangan. Selama kami di sana tanda hijau setia menemani kami. Seusai menyebrang, kami diarahkan menuju ruang rapat FPU Jangkrik yang dikawal oleh Chusaini. Beruntung, ruang tersebut berada di lantai dasar. Jadi, tidak butuh tenaga ekstra. Apalagi, FPU Jangkrik beda dengan Arcadia. Tak ada fasilitas lift di sini. Pasca pengecekan tempat dan meletakkan barang bawaan, rombongan dipecah. Sebagian menjemput Menteri Jonan. Sebagian lain berkesempatan berkeliling melihat unit produksi FPU Jangkrik.

Bising mesin memekakkan telinga. Hawa panas menyergap tubuh kami saat melangkahkan kaki ke unit produksi gas. Beruntung, awan hitam serta gemercik air hujan meredam hawa panas tersebut. Seperangkat pelindung menutupi tubuh kami, mulai dari earmuff hingga safety eye-ware. Hana dan Reinward Firdaus dengan sikap hangat menemani perjalanan keliling kami. Keduanya menjelaskan proses produksi secara detail. "Gak ada gas flare di sini, adanya condensate treatment sama gas treatment doang," mengawali penuturan Reinward selaku operator teknisi Eni Indonesia sambil menunjuk tabung besi bercat cream yang biasa disebut kompresi gas.

Eks pekerja Conocophillips Indonesia ini melanjutkan penuturannya bahwa terdapat 10 sumur produksi gas bawah laut sekitar 450 meter yang telah dikompresi dan siap diproduksi. "Dari wellhead masuk ke fasilitas kita. Masing-masing beda (jaraknya). Yang paling jauh North East, kira-kira 25 KM. Alhamdulillah, kita dapat well-nya bagus dan clean. Minim sekali merkuri," saat Reinward membawa kembali kami ke ruang rapat. Nantinya, akan dihubungkan dengan FPU yang akan mengolah dan menyalurkan gas menggunakan pipa bawah laut sepanjang 79 KM. Selanjutnya, diteruskan ke dalam jaringan produsen gas Kalimantan Timur dan disalurkan oleh pemakai dalam negeri di Kalimantan Timur dan kilang LNG Bontang.

FPU Jangkrik yang dirancang lebih cepat dari target awal mampu berfungsi sebagai penyulingan dan menstabilkan kondensat serta menyalurkannya ke darat melalui jaringan distribusi setempat dan berakhir di kilang kondensat Senipah. Injection chemical adalah fasilitas lain yang ada di FPU Jangkrik. "Inject metanol dilakukan saat pertama kali dan shut down," ulas Pria yang kental dengan logat Sundanya. Di sisi lain, Hana yang sudah empat tahun bekerja di Eni Indonesia menjelaskan kepekaan merawat dan melindungi semua mesin yang ada secara berkala. "Kita ada preventive maintenance. Kita ada yang tiga bulan, enam bulan, atau setahun. Tergantung sistem yang kita input. Tergantung manufaktur juga, rekomendasinya berapa lama," jelasnya sambil menunjuk flowmeter saat kami berkeliling site hampir 30 menit.

Setelah mendapat penjelasan kurang lebih 15 menit, kami menuju ruang pengendali sistem yang tepat ada di depan ruang rapat. Kerja cepat menyesuaikan gerak kakinya. Hanya butuh kurang dari 5 menit dari Arcadia, Jonan sontak membuat ruangan pengendali sistem kapal lebih ramai dari biasanya. Padahal, estimasi waktu yang kami tentukan lebih dari itu. Kunjungannya memastikan bahwa produksi gas bertambah sebesar 7% di Indonesia. "Siapa bilang kita tidak punya lapangan migas baru?" tegasnya dalam pesan singkat yang sampai pada hp kami.

Sambutan serta senyum simpulnya kala memasuki ruang kontrol menjadikan suasana makin teduh hari itu. Berpakaian baju coklat bertuliskan DEN, Jonan sempat berbincang-bincang kepada petugas pengendali sistem. Tak lama kemudian, dengan sedikit menunduk Jonan memencet tombol dan memberikan sapaan hangat kepada para pekerja melalui radio kontrol. Ia berpesan supaya mereka menjaga keselamatan kerja dan tetap disiplin dalam menjalankan tugas di bulan Ramadhan.

Selanjutnya, ia bergegas dan melihat lebih dekat bodi kapal yang dirancang untuk pengolahan gas sebesar 450 juta standar kaki kubik perhari (mmscfd) dari atas melalui anak tangga yang lumayan banyak. Sekarang, produksi kira-kira 120-130 mmscfd. Jonan optimis kapal migas raksasa ini mampu ditingkatkan kapasitasnya hingga 600 mmscfd. Bahkan, mantan Menteri Perhubungan ini yakin paling tidak menyumbang 13% persen dari produksi gas nasional.

Optimisme ini didasari atas karakter dari teknologi-teknologi yang digunakan dalam pengembangan Proyek Kompleks Offshore Jangkrik seperti ITM, yaitu modul atas terintegrasi tunggal telah dibangun dan merupakan proses integrasi bagian atas terbesar di dunia dari unit terapung (berukuran P=124.2m x L=42.0m x T=22.8m dan proses Load-Out dengan berat mencapai 14,300 ton); Smooth Bore Risers (SBR) untuk ekspor gas kering- penerapan pertama dari Eni di seluruh dunia; dan MEG Regeneration Unit (MRU) sebagi sebuah subsistem yang dapat memperbaharui the MEG injected dalam arus produksi untuk mencegah resiko pembentukan hidrat.

Setelah melihat flare dan awak kapal dari atas, Jonan pun kembali ke Arcadia untuk melanjutkan kunjungan ke Yogyakarta. Rombongan kami pun segera bersiap menunggu kapal yang mengantar kembali kami ke Balikpapan. Tentu, kehadiran FPU Jangkrik adalah bukti bahwa pasokan gas nasional bertambah dan menambah spirit mengembangkan lapangan migas baru. Kini, #EnergiBerkeadilan makin nyata diimplementasikan untuk menjawab keraguan. Sesuai dengan pesan terkahir Jonan yang kami kenang: WE DO AND WE ALWAYS DO. (NA)

***


Bagikan Ini!