Beri Kuliah Umum di UNS, Arcandra Tegaskan Peran Penting Teknologi Dalam Upaya Mencapai Ketahanan Energi

Minggu, 7 Mei 2017 - Dibaca 1280 kali

SOLO - Dalam upaya mensosialisasikan kebijakan pemerintah terkait pentingya ketahanan energi nasional, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar memberikan kuliah umum di depan mahasiswa Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo, Sabtu (6/5/2017) kemarin. Dengan tema kuliah umum tentang Teknologi dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam untuk Ketahanan Energi Nasional, Wamen Arcandra berbagi ilmu dan pengalamannya kepada mahasiswa tentang bagaimana upaya dan kebijakan yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan ketahanan energi nasional.


Di awal paparannya Arcandra menyinggung tentang Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 33. Menurutnya makna pasal tersebut adalah bahwa pemanfaatan sumber daya alam seluruhnya harus untuk kepentingan dan kemakmuran bangsa. "Makna Pasal 33, kalau bisa sumber daya alam kita dikelola oleh putra-putri terbaik bangsa. Kedua, teknologi untuk pemanfaatannya kalau bisa berasal dari kita sendiri. Ketiga, pendanaan untuk pengelolaannya kalau bisa dari kantong kita sendiri. Keempat, hasilnya harus dimanfaatkan untuk kebutuhan dalam negeri. Jika ada lebihnya, baru kemudian kita ekspor ke luar," paparnya.


Menyinggung teknologi, menurut Arcandra jika dikatakan bahwa cadangan minyak Indonesia diprediksi akan habis sekitar 10-12 tahun mendatang, hal tersebut belum tentu benar. "Ini yang perlu kita perbaiki. Minyak tidak akan habis kalau teknologinya belum mampu menguras seratus persen, yang ada adalah dalam waktu 10-12 tahun kita tidak mampu lagi memproduksi minyak. Sementara cadangan minyaknya masih ada,"jelasnya.


Hingga saat ini belum ditemukan teknologi yang mampu menguras minyak bumi hingga habis. "Di seluruh dunia seperti itu, belum ada teknologi yang mampu menguras minyak hingga seratus persen, belum ada," ungkap Arcandra.


Contoh lain bagaimana teknologi mampu mewujudkan ketahanan energi adalah dengan penyediaan panel surya dan lampu tenaga surya hemat energi untuk daerah Terluar, Terdepan dan Tertinggal (3T). Juga bagaimana teknologi mampu mengubah panas bumi (geothermal) menjadi sumber energi dan memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat.


Arcandra berpesan kepada mahasiswa agar tidak skeptis terhadap pemanfaatan teknologi. Anggapan bahwa penggunaan teknologi untuk penyediaan energi dapat merusak lingkungan adalah keliru. Hal ini ditegaskannya setelah menerima pertanyaan dari mahasiswa bahwa pemanfaatan geothermal sebagai pembangkit listrik dapat merusak lingkungan.


"Jangan memulai dari berpikiran bahwa apapun yang dilakukan untuk energi itu nanti akan merusak, ini pikiran negatifnya harus dibuang dulu. Teknologi manusia harus mampu, bagaimana caranya yang namanya efek negatif itu harus kita atasi. Jangan mulai ini akan merusak, maka harus kita tinggalkan, cari cara supaya tidak merusak," ujar Arcandra.


Menurutnya teknologi harus bisa menjadi solusi bukan menjadi sumber masalah. "Engineering, teknologi harus bisa menjawab bagaimana cara supaya tidak merusak. Kalau begitu (merusak) namanya bukan engineering, bukan teknologi," tegas Arcandra.


Dalam paparannya kuliahnya Wamen Arcandra juga menjelaskan tentang beberapa kebijkan Kementerian ESDM terkait dengan upaya mewujudkan ketahanan energi, antara lain kebijakan BBM satu harga, percepatan elektrifikasi perdesaan, pembangunan jarigan gas (jargas) untuk rumah tangga dan participating interest (PI) 10% wilayah kerja migas. (RAF)

Bagikan Ini!