Badan Geologi Lanjutkan Pemetakan Kawasan Rawan Bencana Palu

Jumat, 19 Oktober 2018 - Dibaca 1240 kali

PALU - Bencana gempa dan tsunami serta likuifaksi yang menguncang Kota Palu pada tanggal 28 September 2018 adalah bencana geologi. Peristiwa ini yang mendorong Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) hadir di Palu memberikan kontribusi dalam bidang kegeologian.

Setelah kejadian tersebut Badan Geologi diminta oleh Kementerian PUPR dan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional ATR/BPN untuk menyiapkan Peta Informasi Geologi yang terkait bencana maupun sumber daya geologi sebagai dasar penyusunan tata ruang kota Palu 10 - 20 tahun ke depan.

Dalam kegiatan penyusunan informasi geologi untuk keperluan rehabilitasi dan rekonstruksi Kota Palu ini, ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh Badan Geologi. Kegiatan tersebut meliputi untuk mengetahui bahaya-bahaya yang berada di Palu terutama terkait dengan kegempaan, tsunami dan likuifaksi. Dalam menyelesaikan pekerjaan ini, Badan Geologi melibatkan tiga pusat yang terkait langsung dengan pemetaan, Pusat Survei Geologi (PSG), Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan (PATGTL). Dalam melakukan pemetaan tersebut meliputi:

Pertama melakukan penyelidikan geologi menggunakan georadar, melakukan pengukuran microtremor untuk mengetahaui respon batuan terhadap kegempaan sehingga dari penelitian georadar dan microtremor ini akan diketahui bagaimana building code yang akan diterapkan di kota Palu ini. Building Code yaitu syarat-syarat bangunan yang boleh atau diijinkan apabila akan mendirikan bangunan.

Kedua pemetaan Surface Rupture. Surface Rupture ini adalah retakan-retakan permukaan atau terhadap rekahan-rekahan yang timbul dipermukaan yang harus kita waspadai dan perhatikan karena bangunan-bangunan disekitarnya akan mudah rusak. Selain itu juga melakukan pemetaan gerakan tanah dan juga banjir bandang terutama untuk mengindentifikasi penyebab terjadinya gerakan tanah tersebut dan kemudian apa dampak dari gerakan tanah.

Ketiga pemetaan likuefaksi di Palu. Likuefaksi adalah pembuburan air tanah yang potensi terjadi di kota Palu. Beberapa pemetaan dirangkum semua data-data tersebut kemudian dijadikan sebuah peta rekomendasi. Peta rekomendasi inilah yang akan dijadikan sebagai acuan rehabilitasi dan rekonstruksi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) serta untuk penyusunan tata ruang untuk jangka waktu 10-20 tahun kedepan.

Penyiapan Peta informasi geologi untuk rehabilitasi dan rekonstruksi Palu ini adalah hasil kesepakatan antara Kepala Badan Geologi dengan Kepala Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah dibawah Kementerian PUPR yang melakukan pertemuan di kantor Badan Geologi Gatot Subroto Jakarta Pada tanggal 8 Oktober 2018. Dalam pertemuan tersebut disepakati bahwa Badan Geologi diberi waktu 30 (tiga puluh) hari untuk menyiapkan semua data-data dan informasi tersebut. Dengan harapan bahwa setelah situasi tanggap darurat dicabut, disitulah masuk tahap rehabilitasi dan rekonstruksi data-data sudah tersebut sudah tersedia.

Jumlah personel Badan Geologi yang terlibat untuk pemetaan ini sekitar 50 (lima puluh) Tenaga Ahli dengan berbagai macam keahlian Geologi, Kegempaan, Gerakan Tanah, Geologi Teknik, Geofisika, Geologi Lingkungan, Seismotektonik, Hidrogeologi. Kepala Badan Geologi Rudi Suhendar menyampaikan "ahli-ahli ini nanti yang akan bekerja untuk mengumpulkan data-data di lapangan kemudian membuat rangkuman, akhirnya akan memberikan kesimpulan bagaimana akhirnya kota Palu ini harus dilakukan. Mudah-mudahan informasi yang dihasilkan ini dapat memberikan manfaat bagi para pengambil keputusan atau para perencana, dalam menyusun rencana kota Palu dan sekitarnya di masa datang".

Penulis: Bambang Wijiatmoko

Bagikan Ini!