Asumsi Harga Minyak Dunia dan Subsidi BBM

Kamis, 8 Mei 2008 - Dibaca 6292 kali

Tingginya harga minyak mentah dunia saat ini menyebabkan alokasi subisidi menjadi membengkak. Dengan asumsi harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price) dalam APBN-P 2008 sebesar US $95/barel, lifting minyak 927 ribu barel/hari dan volume subsidi BBM sebesar 35,5 juta kilo liter maka subsidi BBM akan mencpai Rp. 126,9 triliun.

Apabila diasumsikan harga minyak ICP sebesar US$ 100/barel, dengan kondisi lifting dan volume BBM subsidi tetap maka subsidi BBM menjadi Rp. 138,8 triliun. Apabila diasumsikan volume penjualan premium dan solar masing-masing naik menjadi 18,47 juta KL dan 11,80 juta KL maka dengan asumsi harga ICP US$ 100/barel subsidi akan meningkat menjadi Rp. 145 triliun. Subsidi akan kembali membengkak bila harga minyak terus meningkat. Kondisi ini tentu akan sangat memberatkan APBN dan anggaran sebesar ini akan jauh lebih bermanfaat bila dialokasikan untuk kegiatan-kegiatan yang lebih produktif.

Subsidi selama ini tidak hanya dinikmati oleh orang miskin, tetapi subsidi juga dinikmati masyarakat kelas menengah ke atas sehingga tidak tepat sasaran. Subsidi juga menyebabkan disparitas harga tang lebih besar dengan harga keekonomiannya, sehingga rentan terhadap penyalahgunaan. Selain itu subsidi menyebabkan sumber energi lainnya, khususnya yang berifat terbarukan menjadi kurang berkembang. Apabila harga BBM dinaikkan, masyarakat kurang mampu tetap akan mendapatkan subsidi secara langsung sehingga tepat sasaran. Hikmah lainnya dari pengurangan subsidi atau kenaikan harga BBM adalah bahwa masyarakat akan semakin rasional dan hemat dalam menggunakan BBM.

Bagikan Ini!