Triwulan III 2021, Rasio Elektrifikasi Tunjukkan Peningkatan

Jumat, 22 Oktober 2021 - Dibaca 1510 kali

Rasio Elektrifikasi atau perbandingan rumah tangga berlistrik dengan jumlah rumah tangga di Indonesia terus menunjukkan peningkatan. Hingga triwulan III 2021, rasio elektrifikasi nasional mencapai 99,39%. Angka ini meningkat dari akhir tahun 2020 yang mencapai 99,2%. Pemerintah memiliki berbagai upaya untuk mengejar elektrifikasi di daerah-daerah, salah satunya dengan program Bantuan Pasang Baru Listrik (BPBL) 450 VA. Hal tersebut disampaikan Direktutr Jenderal Ketenagalistrikan Rida Mulyana dalam konferensi pers yang dilakukan secara daring, Kamis (21/10/2021).

Dalam kesempatan tersebut Rida menyoroti beberapa daerah yang rasio elektrifikasinya lebih rendah daripada rasio elektrifikasi nasional seperti Nusa Tenggara Timur (NTT), Maluku, Papua dan Kalimantan Barat akan menjadi prioritas agar minimal rasio elektrifikasinya segera sama dengan daerah-daerah lain.

"Kami terus berkoordinasi dengan teman-teman PLN agar keempat provinsi ini menjadi perhatian sehingga rasio elektrifikasiknya minimal sama dengan yang lain," ucap Rida.

Dalam konferensi pers tersebut, Rida mengatakan bahwa salah satu upaya peningkatan rasio elektrifikasi adalah dengan melaksanakan program Bantuan Pasang Baru Listrik (BPBL) 450 VA bagi Rumah Tangga (RT) miskin belum berlistrik yang terdaftar dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) atau berdomisili di daerah Terdepan, Terpencil dan Tertinggal (3T), namun didepannya telah dilewati jaringan tegangan rendah PLN.

"Program BPBL dilaksanakan dengan menggunakan dana CSR Badan Usaha dan atau APBN," ucap Rida.

Hingga bulan September 2021, pelaksanakan BPBL dengan CSR Badan Usaha sudah mencapai 13.583 sambungan. Jika ditotal dari awal pelaksanaan BPBL, telah terpasang 37.695 sambungan listrik melalui program ini.

Rida menjelaskan strategi pemerintah untuk melistriki daerah-daerah belum terlistriki. Strategi pertama adalah melalui Perluasan Jaringan (Grid Extension). Strategi ini adalah dengan penyambungan desa dan/atau rumah tangga yang dekat dengan grid PLN. Dari target 61 desa yang akan dilistriki melalui perluasan jaringan, seluruh desa telah tersambung.

Strategi kedua adalah dengan Mini Grid atau Pembangunan pembangkit berbasis EBT setempat. Strategi ini dikhususkan untuk kelompok masyarakat yang tinggal daerah yang sulit dijangkau. Hingga triwulan III, 46 desa telah menyala dari target 75 desa yang akan dibangun minigrid.

Strategi terakhir adalah dengan dengan pembangunan pembangkit EBT yang dikombinasikan dengan pembangunan Stasiun Pengisian Energi Listrik (SPEL) dan pembagian Salat Penyalur Daya Listrik (APDAL) untuk masyarakat yang bermukim tersebar (scattered). Rida menyampaikan bahwa Penyediaan Alat Penyalur Daya Listrik (APDAL) untuk 37 desa akan melalui APBN KESDM 2021dan 12 desa melalui CSR PLN, sedangkan Stasiun Pengisian Energi Listrik (SPEL) oleh PLN.

Berbagai upaya di atas merupakan strategi Kementerian ESDM untuk mencapai target rasio elektrifikasi 100%. Kerjasama dan komunikasi terus dilakukan dengan Kementerian/Lembaga terkait, pemerintah daerah, serta PLN dan masyarakat terkait. (PSJ)