Peran Swasta Meningkat dalam Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan

Kamis, 7 Oktober 2021 - Dibaca 745 kali

Dalam pelaksanaan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2021-2030, partisipasi swasta dalam pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan akan ditingkatkan. Sebesar 64,8% dari total pembangkit listrik 40,6 GW yang akan dibangun hingga 10 tahun ke depan direncanakan akan dikembangkan oleh swasta. Sektor swasta juga mengembangkan 56,3% dari total 20,9 GW pembangkit listrik dari Energi Baru Terbarukan (EBT). Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Rida Mulyana menyampaikan hal tersebut dalam PYC International Energy Conference 2021 secara daring, Kamis (7/10/2021).

"Sektor swasta akan mengembangkan 63,7% dari total 4.680 MWP pembangkit listrik tenaga surya PV. Khusus untuk PLTS on-grid, swasta akan mengembangkan 54,4% dari total 3.236 MWP," Rida mengungkapkan.

Ia menyebut RUPTL PLN 2021-2030 sebagai "RUPTL hijau" karena porsi penambahan pembangkit EBT sebesar 51,6%, lebih besar dibandingkan penambahan pembangkit fosil sebesar 48,4%.

Rida lantas mengatakan bahwa rasio elektrifikasi ditargetkan 100% pada 2022 dalam RUPTL 2021-2030. Keseimbangan daya untuk setiap sistem ketenagalistrikan juga menjadi perhatian untuk memastikan pasokan listrik yang memadai. Pemerintah juga berkomitmen untuk mencapai target bauran EBT sebesar 23% mulai tahun 2025 dan menjaga agar biaya produksi listrik tidak meningkat.

"Tidak ada lagi penambahan PLTU, kecuali yang sudah financial closing atau konstruksi," Rida menegaskan.

Selain itu, RUPTL ini juga fokus pada percepatan interkoneksi ketenagalistrikan dalam-pulau maupun antarpulau. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan keandalan pasokan listrik, menurunkan biaya produksi listrik, serta meningkatkan penetrasi EBT yang lokasi sumber energinya jauh dari pusat demand listrik.

Dalam kesempatan yang sama, Rida juga menyampaikan upaya Pemerintah untuk melistriki daerah terdepan, terluar, tertinggal (3T) agar seluruh masyarakat dapat memperoleh akses listrik.

"Pendekatan pertama, yaitu perpanjangan sambungan listrik secara on grid. Artinya, ada perpanjangan jaringan PLN ke desa atau rumah yang berdekatan dengan jaringan PLN. Program ini dilakukan untuk 24 desa pada tahun 2021," ujarnya.

Rida selanjutnya menjelaskan pendekatan kedua, yakni melalui program mini-grid. Pendekatan ini berbasis EBT dan dilakukan untuk masyarakat yang tinggal di daerah yang sulit dijangkau. Tahun ini, program mini-grid dilakukan pada 37 desa.

Pendekatan ketiga adalah dengan melakukan pengadaan 20.711 Alat Penyalur Daya Listrik (APDAL/tabung listrik) untuk 285 desa.

"Anggaran untuk pengadaan tersebut disediakan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui APBN. Sedangkan PLN menyediakan Stasiun Penyediaan Energi Listrik (SPEL)," pungkas Rida.

PYC International Energy Conference adalah konferensi para pakar energi berskala internasional yang diselenggarakan oleh The Purnomo Yusgiantoro Center (PYC). Untuk tahun ini, pelaksanaan konferensi dilakukan pada 6-7 Oktober 2021 dengan tema "The Enhancement of Energy Security for a Sustainable Future". Pembicara dalam konferensi ini berasal dari lintas negara untuk membahas tentang sektor energi yang terbagi menjadi empat bidang, yakni kelistrikan, batubara, minyak dan gas (migas), serta energi baru terbarukan. (AMH)