Buka AFOC Ke-15, Sesditjen Gatrik Tegaskan Pentingnya Pengelolaan Batubara untuk Pembangkit Listrik

Kamis, 27 April 2017 - Dibaca 2161 kali

Sekretaris Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Agoes Triboesono pada Kamis (27/4) membuka The 15th ASEAN Forum On Coal (AFOC) Council Meeting di Hotel Luwansa Jakarta. Agoes mewakili Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Andy Noorsaman Sommeng selaku Senior Official on Energy (SOE) Leader Indonesia untuk ASEAN. AFOC merupakan pertemuan rutin tahunan yang menjadi tonggak penting bagi focal point masing-masing negara ASEAN untuk mengevaluasi dan merencanakan prioritas dalam mencapai strategi utama terkait program batubara dan Clean Coal Technology (CCT) di APAEC 2016 - 2025.

Agoes dalam sambutannya menyampaikan harapan bahwa pertemuan ini dapat menghasilkan berbagai keputusan terbaik bagi ASEAN sebagai contoh bagi dunia tentang bagaimana memanfaatkan batubara sebagai sumber energi listrik. "Saya juga berharap agar workshop Carbon Capture and Stirage (CCS) yang telah dilaksanakan sebelum acara ini dapat memberikan manfaat bagi para peserta," ungkap Agoes. Indonesia menurutnya terus mempertahankan komitmen dalam memberikan kontribusi penting bagi kerjasama energi khususnya bagi Masyarakat Ekonomi ASEAN.

Dalam kesempatan itu Agoes mengatakan bahwa terlepas dari tantangan lingkungan dan penurunan harga batubara, tidak ada yang berani menyangkal bahwa batubara merupakan sumber energi yang tak terelakkan. Batubara disebutnya masih memainkan peran penting sebagai bahan bakar utama. "Tidak hanya untuk Indonesia, ASEAN, tapi juga di seluruh dunia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, " ujarnya.

Sesuai Outlook Energi ASEAN ke-4 yang diprakarsai oleh ACE, saat ini minyak merupakan penyumbang pasokan energi ASEAN terbesar yaitu 41% di tahun 2013 dan akan berkurang secara signifikan menjadi 27% pada tahun 2035. Batubara sendiri hanya menyumbang 20% dari total pasokan energi primer di tahun 2013. Pasokan batubara diperkirakan akan mengalami kenaikan tertinggi di antara jenis bahan bakar lainnya dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 7%. Porsi batubara tersebut akan berada pada pangsa 33% di tahun 2035. Indonesia sendiri disebutnya berkontribusi secara signifikan terhadap kenaikan ini karena Indonesia memiliki program percepatan infrastruktur ketenagalistrikan 35.000 MW.

ASEAN disebut Agoes merupakan wilayah yang terus berkembang melawan perlambatan ekonomi global. Pemerintah Indonesia disebutnya terus mendukung pasokan energi yang berkelanjutan dan terjangkau terutama dari energi batubara. Pemerintah Indonesia menyadari hal tersebut dapat menimbulkan kekhawatiran masalah lingkungan, pemerintah terus berusaha sebaik mungkin untuk mematuhi masalah tersebut.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengembangkan Clean Coal Technologies (CCT) untuk meningkatkan citra batubara, hal ini merupakan salah satu program prioritas pemerintah Indonesia dan diharapkan teknologi ini dapat diimplementasikan ke kawasan ASEAN.

Rangkaian pertemuan AFOC ke-15 ini diselenggarakan selama empat hari, dimulai dengan pertemuan AFOC Boeard of Judges yang menentukan calon penerima ASEAN Energy Award 2017, workshop Carbon Capture and Stirage (CCS), pertemuan AFOC ke-15 ini, dan terakhir adalah mengunjungi PLTU Suralaya di Banten pada Jumat (28/4). Pembangkit ini merupakan salah satu pembangkit listrik terbesar di Indonesia yang dioperasikan oleh Indonesia Power, anak perusahaan PT PLN (Persero). "Saya sangat merekomendasikan semua delegasi untuk mengikuti kunjungan ini," ungkap Agoes. Ia juga berharap pertemuan ini sukses dan membawa manfaat, khususnya untuk dilaporkan pada pertemuan SOME pada bulan Juli di Davao, Filipina nanti. (PSJ)