Menteri ESDM Targetkan Investasi EBT Capai USD 17,93 M

Jumat, 10 Januari 2020 - Dibaca 667 kali

JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan nilai investasi Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar USD 17,93 Miliar untuk periode lima tahun kedepan. Nilai investasi tersebut diharapkan mampu menambah kapasitas pembangkit EBT sebesar 9.051 MW, hal ini diungkapkan Menteri ESDM, Arifin Tasrif saat memaparkan peningkatan investasi dan nilai tambah industri sumber daya alam pada Rapat Kerja Kepala Perwakilan RI Kementerian Luar Negeri bertajuk Diplomasi Ekonomi (Kamis, 9/1). Secara rinci prospek pengembangan pembangkit EBT pada tahun 2020 adalah sebesar 687 MW, tahun 2021 sebesar 1.001 MW, tahun 2022 sebesar 1.922 MW, tahun 2023 sebesar 1.778 MW dan tahun 2024 sebesar 3.664 MW.

Arifin menjelaskan saat ini tren cadangan minyak dan gas bumi domestik cenderung turun karena volume produksi yang terus menurun, sementara jumlah konsumsi semakin meningkat. Untuk mengatasinya, Pemerintah berupaya meningkatkan pengelolaan sumber daya alam yang ada di dalam negeri melalui eksplorasi penemuan cadangan baru dan melalui pemanfaatan EBT. Arifin berharap aliran investasi ke dalam negeri dapat meningkat melalui komunikasi yang dijalin oleh Perwakilan RI di luar negeri.

Lebih lanjut, Arifin menguraikan potensi EBT yang dimiliki Indonesia untuk ditawarkan kepada investor asing melalui Perwakilan RI. Potensi panas bumi di Indonesia sebesar 11 GW dengan cadangan sebesar 17,5 GW sementara pemanfaatan terhadap potensi tersebut baru 0,4%-nya atau sebesar 1,9 GW. "Khusus Perwakilan RI yang bertugas di negara-negara yang memiliki kemampuan teknologi atau memanfaatkan geothermalnya, kami membuka pintu peluang investasi. Kami juga ingin meminta masukan bagaimana pengelolaan geothermal di negara-negara tempat perwakilan tersebut," ujarnya.

Sumber EBT dari cahaya matahari/solar potensinya sebesar 207 GWp dengan realisasi sebesar 0,1 GWp dan bayu/angin sebesar 60 GW dengan realisasi 0,2 GW. Untuk sumber energi air, mini hidro dan mikro hidro, Indonesia memiliki potensi sebesar 75 GW dan realisasi hingga saat ini sebesar 5,8 GW. Menurut Arifin, kedepannya sumber EBT berbasis air ini menjadi sumber energi besar dan murah dibanding energi terbarukan lainnya. Sumber EBT ini juga akan memiliki daya saing untuk dimanfaatkan dalam pengolahan bahan mineral.

Untuk Bioenergi, potensi sumber EBT ini sebesar 32 GW dan BBN sebesar 200 Ribu Bph dengan realisasi mencapai 1,9 GW. Di hadapan para Perwakilan RI, Arifin menjelaskan bahwa Pemerintah melaksanakan program pemanfaatan BBN yaitu konversi dari diesel menjadi biodiesel melalui Program Mandatari B20 pada tahun 2018 dan Program Mandatori B30 yang baru saja dilaunching akhir tahun lalu untuk dilaksanakan tahun 2020 ini.

Selain itu, Pemerintah juga melaksanakan pembangunan Green Refinery di RU III Plaju dengan mengolah CPO melalui proses hydrorefining (H2 & katalis) untuk menghasilkan green diesel HVO yang ditargetkan on stream pada tahun 2024.

Pada akhir paparannya, Arifin mengungkapkan beberapa kebijakan untuk peningkatan investasi sektor ESDM, antaralain:

- Mempromosikan/menawarkan peluang investasi ke investor dalam dan luar negeri;

- Penyederhanaan perizinan dan kemudahan berusaha;

- Pelayanan Perizinan Terintegrasi secara elektronik (OSS);

- Memberikan Open akses data sektor ESDM;

- Pemberian insentif berupa tax allowance, tax holiday fasilitas PPN dan PPnBM;

- Menjamin ketersediaan energi untuk pembangunan nasional; dan

- Menjamin kepastian hukum dengan penerapan kebijakan yang konsisten. (RWS)