Badan Geologi Luncurkan Atlas Sebaran Tanah Lunak dan Atlas Sebaran Batulempung Bermasalah di Indonesia

Rabu, 20 November 2019 - Dibaca 3603 kali

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

SIARAN PERS

NOMOR: 669.Pers/04/SJI/2019

Tanggal: 20 November 2019

Badan Geologi Luncurkan Atlas Sebaran Tanah Lunak dan Atlas Sebaran Batulempung Bermasalah di Indonesia

Dalam rangka memberikan gambaran daerah-daerah yang memiliki kendala geologi berupa tanah lunak dan batulempung bermasalah di Indonesia dalam skala provinsi, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menerbitkan "Atlas Sebaran Tanah Lunak dan Atlas Sebaran Batulempung Bermasalah di Indonesia". Informasi pada dua peta ini diharapkan dapat digunakan oleh semua pemangku kepentingan untuk meningkatkan langkah-langkah mitigasi terutama dalam menghadapi ancaman tanah lunak maupun batulempung bermasalah.

Dalam tiga dekade terakhir perkembangan di sektor industri, perdagangan, transportasi, real estate, serta infrastruktur mengalami peningkatan pesat yang berdampak pada kondisi daya dukung wilayah. Kota-kota tersebut diantaranya Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, serta kota-kota lain di pesisir utara Pulau Jawa.

"Pesatnya perkembangan kota-kota tersebut mau tidak mau akan berdampak pada kondisi daya dukung wilayah. Salah satu hal yang dirasakan oleh masyarakat di daerah ini adalah adanya penurunan muka tanah (land subsidence), yang terjadi terutama pada wilayah yang berada di daerah pesisir pantai utara Pulau Jawa,"ujar Kepala Badan Geologi, Rudy Suhendar dalam talkshow peluncuran "Atlas Sebaran Tanah Lunak dan Atlas Sebaran Batulempung Bermasalah di Indonesia" di Semarang, Rabu (20/11).

c-WhatsApp%20Image%202019-11-20%20at%201

Rudy menjelaskan, penurunan muka tanah atau biasa disebut dengan amblesan tanah adalah sebuah peristiwa turunnya permukaan tanah yang disebabkan karena adanya perubahan volume lapisan batuan yang terkandung di bawahnya. Menurunnya muka tanah ini biasanya terjadi secara perlahan-lahan dan dalam jangka waktu yang lama. Hal ini kadang membuat kita tidak dapat secara langsung menyadari peristiwanya. Oleh karena itu, amblesan tanah juga sering dinamakan sebagai "The Silent Killer', karena proses yang kejadiannya berlangsung secara perlahan namun pasti dan sangat merugikan.

Faktor-faktor yang diperkirakan menjadi penyebab terjadinya penurunan muka tanah dibeberapa wilayah di Pantai Utara Jawa dapat dibagi menjadi 2 (dua) faktor, yaitu faktor alamiah (natural) dan faktor manusia (antropogenik). Faktor alamiah yang dapat mempengaruhi amblesan tanah adalah: (1) sifat alami konsolidasi tanah, umumnya berada pada endapan yang relatif muda (Kuarter) dan (2) pengaruh adanya tektonik, biasanya disebabkan oleh adanya struktur geologi. Sementara itu, faktor antropogenik atau faktor yang disebabkan oleh manusia adalah: (1) pengambilan air tanah yang tidak terkontrol dan (2) pembebanan, yang berasal dari bangunan infrastruktur yang berlebihan.

"Dari empat faktor penurunan tanah tersebut, faktor yang terjadi sebagai akibat dari pengambilan air tanah yang berlebihan, dipercaya sebagai salah satu penyebab penurunan tanah yang cukup signifikan untuk kota-kota besar di Indonesia,"pungkas Rudy.

Badan Geologi melalui Kementerian ESDM berupaya untuk terus memberikan informasi dan pelayanan terkait kegeologian di Indonesia dan selalu mengharapkan adanya kerja sama baik dari kementerian/lembaga di pusat dan daerah serta seluruh pemangku kepentingan untuk terus berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia di masa mendatang. (SF)

*Atlas Sebaran Tanah Lunak dan Atlas Sebaran Batulempung Bermasalah di Indonesia" dapat diunduh disini

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama

Agung Pribadi (08112213555)

Bagikan Ini!