PT Freeport Indonesia Diminta Mengembangkan Ekologi Industri

Friday, 9 June 2006 - Dibaca 14370 kali

"Menurut saya pengelolaan lingkungan hidup di PT Freeport Indonesia sudah berjalan dengan baik" ujar Prof Otto Sumarwoto yang tampil sebagai pembahas dalam Seri ke 3 Diskusi Aktual PT Freeport Indonesia yang membahas aspek Lingkungan Hidup, Jum'at (9/6). Acara berlangsung di Auditorium Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Jakarta.

Pengelolaan lingkungan hidup, menurut Otto, merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam setiap pengelolaan areal pertambangan. Untuk itulah Otto mengusulkan agar FI mengembangkan konsep ekologi industri dalam penanganan pertambangan di Papua. Berdasarkan konsep inilah operasi penambangan diharapkan bisa meninggalkan lingkungan yang baik untuk masyarakat jika saatnya berhenti beroperasi.

Indriatno Soekarno dari LAPI ITB yang melakukan penelitian potensi pengembangan lahan tailing pasca tambang memaparkan bahwa lahan tailing memiliki potensi dikonversi menjadi lahan produktif. Caranya dengan melakukan amendemen tailing dengan bahan (pupuk) organic. Hasilnya memperlihatkan bahwa proses suksesi alami tumbuhan berlangsung relatif cepat.

Selain bisa dikonversi menjadi lahan produkstif, menurut LAPI ITB, lahan tailing juga bisa dimanfaatkan untuk keperluan bahan galian C. Bahan-bahan inilah yang bisa dikembangkan menjadi bahan baku beton yang bisa untuk jalan maupun jembatan. ''Bahkan beton berbahan baku tailing ini sudah mendapat sertifikat pengujian pihak Balai Jalan dan Jembatan (Departemen PU-red),'' ujar Indriatno.

Pihak Kementrian Lingkungan Hidup yang menampilkan Deputi MENEG LH Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan Moch. Gempur Adnan mengungkapkan pihaknya telah menurunkan 28 staf audit lingkungan selama dua minggu ke areal penambangan FI. ''Audit dilakukan sejak dari hulu hingga hilir,'' ujar Gempur.

Menurut Gempur pihak FI telah melaksanakan pengelolaan lingkungan dalam beberapa hal sesuai dengan ketentuan. Namun sejumlah hal masih dimintakan ke FI dalam penanganan lingkungan hidup. Antara lain FI diminta meminimalkan jumlah tailing yang masuk ke Estuari. Selain itu FI juga harus mengupayakan agar tailing yang keluar dari ModADA ke Estuari melalui titik penataan.

Acara diskusi itu dimoderatori oleh Prof Surna Tjahya Djajadiningrat. Hadir antara lain Dirjen Mineral, batubara dan Panas Bumi Simon F Sembiring. Selain itu juga hadir tiga mantan Dirjen Pertambangan Umum yaitu Soetarjo Sigit, Kosim Gandataruna dan Rozik B Soetjipto. Peserta lainnya adalah dari berbagai kalangan masyarakat, baik mahasiswa, LSM, peneliti maupun swasta.(*)

Share This!